Menteri Agama Nasaruddin Umar
Jakarta (Kemenag) — Menteri Agama Nasaruddin Umar melantik 45 pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) dan Pejabat Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama atau setingkat Eselon II di lingkungan Kementerian Agama, Pelantikan berlangsung di Aula Kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (30/6/2025).
Menag mengingatkan agar momentum pelantikan dijadikan sebagai ruang perubahan. “Sekarang zaman perubahan. Jika kita tidak bisa berubah, maka zaman akan melintasi kita,” katanya. Ia menambahkan bahwa waktu adalah tantangan terbesar bagi pejabat. “Manakala kita merasakan 24 jam itu tidak cukup, itu berarti kita menjadi manusia produktif,” pesan Menag
Menag menekankan pentingnya peran strategis para rektor sebagai teladan, tidak hanya di lingkungan kampus, tetapi juga di tengah masyarakat. “Jadilah kekuatan pembelajaran yang sangat kuat di lingkungan kampus,” tegasnya.
Ia mendorong para pimpinan PTKN untuk berani berpikir berbeda dan melakukan inovasi selama tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku. “Seorang rektor itu harus berani berpikir lain sepanjang tidak bertentangan dengan aturan dan perundang-undangan. Go ahead, jalankan. Tampil beda dengan para pendahulunya, dalam artian yang positif,” tambahnya.
Kepada para kepala biro, Menag berpesan untuk menjadi rujukan penting dalam pengelolaan administrasi dan birokrasi. “Berani katakan ‘tidak’ kepada pimpinannya, jika itu bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan. Dan beri motivasi kepada rektor manakala ada yang stagnan,” tuturnya.
Ia menegaskan pentingnya penguasaan teknologi informasi di era digital. “IT sekarang ini adalah kekuatan yang luar biasa. Di mana ada laptop, di mana ada jaringan, maka tidak mustahil seseorang bisa lebih pintar daripada orang di pusat kota. Tidak ada lagi batas desa atau kota dalam ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Menag juga kembali mengangkat gagasan ekoteologi, yaitu kemampuan berpikir jernih dengan menyinkronkan diri dengan alam semesta dan Tuhan. “Inilah trilogi jilid dua: manusia, alam, dan Tuhan.” ujar Menag.
Ia menjelaskan bahwa trilogi jilid pertama yang mencakup kerukunan internal antarumat beragama, kerukunan antarumat beragama secara umum, serta kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah, saat ini sebagian besar sudah terlaksana. “Insyaallah sudah lewat, kecuali jika ada kasus tertentu yang bisa diselesaikan secara kasuistik,” ujarnya.
Karena itu, menurut Menag, saatnya bergegas menatap tantangan baru, yaitu mewujudkan trilogi jilid dua. “Pertama adalah kerukunan antarumat manusia tanpa membedakan agamanya, etniknya, jenis kelaminnya, warna kulitnya, bahasanya, bahkan kewarganegaraannya. Jadilah pengabdi-pengabdi kemanusiaan dengan sesama,” jelasnya.
“Yang kedua adalah kerukunan antara manusia dengan alam semesta. Alam semesta itu bukan hanya objek, tapi juga partner dalam mewujudkan diri kita sebagai hamba Tuhan. Jangan hanya menjadikan alam sebagai sasaran, tapi libatkan sebagai partisipan yang mendukung pencapaian cita-cita kita,” lanjut Menag.
“Dan yang ketiga tentu adalah keakraban kita dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalau segitiga ini akrab—manusia, alam, dan Tuhan—maka otomatis trilogi jilid pertama juga akan terselesaikan,” tambahnya.
Menag pun mengajak para rektor untuk mulai menunjukkan perhatian dan komitmen terhadap isu ini di lingkungan kerja masing-masing. “Saya mohon kepada kita semua, para rektor, mulailah mempertontonkan kekhususan isu ini di lingkungan kerjanya masing-masing,” pesannya.
Menutup sambutannya, Menag mengajak seluruh pejabat untuk bekerja secara tulus dan berani bersikap sesuai aturan. “Sepanjang kita berjalan di atas peraturan yang ada, jangan takut pada siapa pun. Jangan takut, Tuhan bersama kita. Di mana ada ketulusan dan keikhlasan, di situ pasti ada keajaiban,” pungkasnya.
Hadir, para pejabat eselon I dan II Kemenag. Sebagai saksi, Sekjen Kemenag Kamaruddin Amin dan Dirjen Pendidikan Islam Amin Suyitno.