Sony baru saja merilis laporan keuangan untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret 2025, dan hasilnya mencerminkan dinamika menarik dari berbagai lini bisnisnya.
Di tengah tantangan global dan perubahan tren industri, perusahaan teknologi dan hiburan asal Jepang ini berhasil mencatatkan sejumlah pencapaian penting terutama dalam sektor sensor gambar dan layanan game digital meskipun beberapa unit bisnis lainnya menunjukkan penurunan.
Mengutip GSM Arena, Kamis (26/6/2025), divisi Imaging & Sensing Solutions (I&SS) tampil sebagai bintang utama dalam laporan kali ini. Dengan total penjualan mencapai JPY 1,799 triliun, naik JPY 196 miliar dari tahun sebelumnya, divisi ini mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarahnya.
Pendapatan operasional pun melonjak menjadi JPY 261 miliar, didorong oleh peningkatan penjualan sensor gambar untuk smartphone dan pergeseran strategi ke produk premium dengan margin lebih tinggi. Sony juga mencatat bahwa fluktuasi nilai tukar mata uang asing turut memberikan dorongan positif terhadap performa keuangan divisi ini.
Meski demikian, biaya produksi dan investasi riset dan pengembangan meningkat, seiring dengan percepatan transisi ke simpul semikonduktor yang lebih canggih untuk meningkatkan kepadatan piksel secara horizontal dan vertikal.
Sementara itu, Divisi Hiburan, Teknologi & Layanan (ET&S), yang mencakup produk-produk elektronik konsumen seperti televisi, kamera, perangkat audio, dan smartphone, mengalami penurunan penjualan dari JPY 2,453 triliun menjadi JPY 2,409 triliun. Namun, laba operasional justru naik tipis menjadi JPY 190 miliar.
Sayangnya, segmen komunikasi seluler yang mencakup bisnis smartphone Sony terus menunjukkan tren penurunan, dengan kontribusi pendapatan hanya JPY 279 miliar, turun dari JPY 299 miliar pada tahun sebelumnya. Penurunan ini mencerminkan tantangan Sony dalam mempertahankan daya saing di pasar ponsel pintar global yang semakin padat dan kompetitif.
Di sisi lain, Divisi Game & Network Services (G&NS) menunjukkan performa yang solid. Dengan total penjualan mencapai JPY 4,670 triliun, naik dari JPY 4,267 triliun, dan laba operasional yang melonjak ke JPY 414 miliar, divisi ini tetap menjadi mesin pertumbuhan utama bagi Sony.
Meskipun penjualan perangkat keras PlayStation mengalami penurunan, pendapatan dari game pihak ketiga dan layanan berlangganan PlayStation Plus terutama dari pengguna yang beralih ke paket premium berhasil menutupi kekurangan tersebut. Ini menunjukkan pergeseran strategi yang sukses dari penjualan perangkat ke monetisasi konten dan layanan digital.
Sony Pictures juga memberikan kontribusi yang menarik. Penjualan film meningkat, meskipun produksi televisi menurun akibat dampak pemogokan WGA dan SAG. Pendapatan dari langganan daring dan iklan mengalami penurunan, namun platform streaming anime Crunchyroll mencatat pertumbuhan pelanggan berbayar yang signifikan, memperkuat posisi Sony di pasar hiburan digital.
Akuisisi bioskop Alamo Drafthouse juga menunjukkan hasil awal yang menjanjikan, memperluas jangkauan Sony dalam distribusi konten layar lebar.
Secara keseluruhan, laporan keuangan ini menegaskan bahwa Sony terus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar global. Dengan mengandalkan kekuatan di sektor sensor gambar, layanan game digital, dan konten hiburan, perusahaan ini menunjukkan ketahanan dan fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi tantangan industri.
Namun, tantangan di sektor smartphone dan perangkat keras tetap menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan dalam strategi jangka panjang mereka.