Semakin banyak warga Eropa yang mulai ‘membebaskan’ perangkat mereka dari pengaruh perusahaan teknologi Amerika Serikat. Sejak Donald Trump kembali dilantik sebagai Presiden AS untuk periode kedua, pasar layanan digital alternatif di Eropa mengalami lonjakan minat luar biasa.
Laporan Reuters, di sebuah pasar di Berlin, organisasi nirlaba Topio kini menjadi tujuan populer bagi warga yang ingin membersihkan ponsel dan laptop mereka dari ekosistem Google dan Apple. Menurut pendiri Topio, Michael Wirths, perubahan perilaku ini bukan hanya didorong kekhawatiran soal privasi, tapi juga kesadaran politik yang makin kuat.
“Dulu yang datang adalah penggiat privasi digital. Sekarang, kami didatangi oleh warga biasa yang merasa terancam oleh kekuatan teknologi asing,” ujar Wirths.
Kekhawatiran ini mencuat setelah Trump secara terbuka menyatakan keinginannya mengurangi peran AS dalam keamanan Eropa dan meluncurkan perang dagang terhadap Uni Eropa.
Ditambah lagi, sejumlah tokoh perusahaan raksasa seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, dan eksekutif Amazon hadir dalam pelantikannya Januari lalu, memperkuat anggapan bahwa AS kini berada di bawah bayang-bayang konglomerasi teknologi.
Mantan Presiden AS Joe Biden bahkan sempat memperingatkan tentang munculnya “kompleks industri teknologi” yang dapat mengancam demokrasi global.
Perusahaan mesin pencari ramah lingkungan Ecosia, berbasis di Berlin, menyebut bahwa pencarian dari Uni Eropa naik 27% dalam setahun terakhir. Ecosia menggunakan keuntungannya untuk proyek penghijauan dan menanam pohon, menjadikannya simbol perlawanan terhadap dominasi Silicon Valley.
Di sisi lain, ProtonMail, layanan email terenkripsi dari Swiss, juga mengalami pertumbuhan pengguna lebih dari 11% di Eropa. Sementara layanan pesan terenkripsi Signal mengalami lonjakan instalasi 7% pada Maret 2025.
Namun, perusahaan seperti Ecosia masih tergantung secara teknis pada infrastruktur raksasa seperti Google dan Microsoft. Bahkan, sebagian hasil pencarian Ecosia dan Qwant berasal dari mesin pencari Bing milik Microsoft.
Sejumlah pemerintah regional di Eropa, seperti Schleswig-Holstein di Jerman, mulai mewajibkan penggunaan perangkat lunak sumber terbuka untuk instansi publik. Pemerintah Jerman juga tengah membangun infrastruktur cloud lokal untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi AS.
Namun, seperti diungkapkan oleh Bill Budington dari Electronic Frontier Foundation, memisahkan diri sepenuhnya dari infrastruktur digital AS adalah hal yang “hampir mustahil.” Dari notifikasi aplikasi hingga sistem jaringan internet global, hampir semuanya bergantung pada teknologi dan server milik perusahaan AS.
“Kalau benar-benar ingin mandiri, Eropa perlu membangun ulang ekosistem digital dari nol — itu proses panjang dan mahal,” ujar Budington.
Di tengah konflik ini, pernyataan Wakil Presiden AS JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio memicu kontroversi. Mereka menuduh Eropa menyensor kebebasan berpendapat dan bahkan mengancam akan memberi sanksi visa pada pejabat asing yang mengatur perusahaan teknologi AS.
Pernyataan ini dianggap mengancam kedaulatan digital negara-negara Eropa, terutama setelah Uni Eropa mengesahkan Digital Services Act (DSA)—aturan ketat terhadap konten daring, iklan, dan data pengguna yang dianggap sebagai upaya melindungi warga digital Eropa.
Gerakan sosial seperti #BuyFromEU yang ramai di Reddit kini memiliki lebih dari 200.000 anggota. Di dalamnya, konsumen Eropa saling berbagi cara untuk meninggalkan layanan AS, dari membatalkan langganan Dropbox, beralih ke ProtonDrive, hingga memakai media sosial alternatif seperti Mastodon.
Meski pengguna aktif Mastodon dan layanan alternatif lainnya belum signifikan dibanding Meta atau X (dulu Twitter), lonjakan kesadaran digital di Eropa terus tumbuh.