Era baru kreativitas digital semakin dekat, dan YouTube bersiap membuka gerbangnya. Dalam sesi khusus di Cannes Lions Festival 2025, CEO YouTube Neal Mohan mengonfirmasi bahwa model video AI terbaru dari Google, Veo 3, akan terintegrasi ke dalam Shorts mulai musim panas ini.
Langkah besar ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga tentang memberdayakan jutaan kreator untuk menciptakan konten yang sebelumnya mustahil divisualisasikan. “Kemungkinan dengan AI itu tak terbatas,” ujar Mohan seperti dilansir dari Android Central. “Kreator akan mengubah format, mencampur genre, dan mendorong kreativitas ke arus utama.”
Veo 3 adalah model AI generasi terbaru dari Google yang diumumkan di ajang Google I/O 2025. Ia mampu memahami bahasa alami untuk mengubah ide teks menjadi video lengkap dengan visual, gerakan, dan efek audio realistis, seperti suara hujan, langkah kaki, hingga atmosfer yang imersif. Fitur audio canggihnya dapat diakses secara penuh melalui langganan Google AI Ultra.
Dengan kemampuan ini, kreator tak lagi harus menguasai teknik sinematografi atau animasi rumit. Cukup dengan menjelaskan ide secara tertulis, Veo 3 dapat memproduksi video pendek berkualitas tinggi secara instan.
Integrasi AI di Shorts sebenarnya bukan hal baru. Sejak 2024, YouTube telah menguji model Veo versi awal lewat fitur Dream Screen, yang memungkinkan latar belakang AI di video pendek. Namun, dengan hadirnya Veo 3, potensinya akan meningkat drastis, bukan hanya latar belakang, tapi seluruh konsep video bisa dihasilkan oleh AI.
Mohan menegaskan bahwa Shorts akan menjadi “ruang eksperimen kreatif” untuk para kreator dari berbagai kalangan. Fokusnya bukan hanya pada kreator besar, tetapi juga kreator baru yang belum memiliki akses ke alat produksi mahal.
“Kami ingin siapa pun—dengan atau tanpa pengalaman produksi—bisa membuat konten imajinatif dan bermakna,” ujar Mohan.
Langkah ini juga bagian dari strategi besar YouTube untuk mempertahankan posisi sebagai platform video utama di tengah gempuran pesaing seperti TikTok dan Instagram Reels. Dengan alat seperti Veo 3, YouTube berharap menciptakan ekosistem di mana kreator dapat “berimajinasi tanpa batasan teknis.”
Platform ini juga menargetkan peningkatan interaksi dan pertumbuhan jumlah kreator baru, terutama di kalangan Gen Z dan kreator independen yang mengandalkan AI untuk mempercepat produksi konten.
Namun, muncul juga tantangan. Publik masih menyimpan keraguan terhadap otomatisasi, terutama soal video otonom dan etika penggunaannya. Tapi Mohan percaya bahwa pengalaman langsung akan mengubah persepsi itu.
“Begitu mereka mencoba sendiri, melihat hasil video yang indah dari ide sederhana, semua berubah,” katanya.
Clark, CEO BETA Technologies yang juga menghadiri acara di Paris sebelumnya, bahkan menyamakan lonjakan AI ini dengan revolusi listrik yaitu cepat, efisien, dan tak terelakkan.