Catin siap ikuti aksi tanam pohon Matoa
Kulon Progo (Kemenag) — Sebanyak 48 calon pengantin (catin) yang mengikuti Bimbingan Perkawinan (Bimwin) di KUA Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, turut berpartisipasi dalam gerakan sejuta pohon yang diinisiasi Kementerian Agama. Partisipasi tersebut diwujudkan melalui penyerahan bibit pohon matoa kepada para peserta usai kegiatan Bimwin, Selasa (22/4/2025).
Kepala KUA Pengasih, Yusma Alam Rangga, mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk dukungan terhadap program penanaman 5.000 bibit pohon yang dicanangkan Kementerian Agama Kulon Progo.
“Filosofi menanam bibit pohon dalam rumah tangga adalah sebagai simbol tumbuhnya harapan, berkembangnya cinta, dan berbuahnya kebahagiaan. Pohon yang dirawat dengan baik akan tumbuh subur dan memberi manfaat, seperti halnya rumah tangga yang dibangun dengan cinta dan komitmen,” ujar Rangga.
Bibit pohon yang diserahkan akan ditanam di rumah masing-masing Catin. Menurut Rangga, kontribusi ini tidak hanya berdampak pada pelestarian lingkungan, tetapi juga menjadi warisan ekologis bagi generasi penerus.
Kepala Subdirektorat Bina Keluarga Sakinah Kemenag, Zudi Rahmanto, mengapresiasi inisiatif KUA Pengasih Kulon Progo yang mengintegrasikan Bimwin dengan gerakan penanaman pohon. Ia menilai pendekatan ini memperluas makna pernikahan sebagai ikatan sosial yang juga membawa nilai ekologis dan spiritual.
“Menanam pohon di awal kehidupan rumah tangga bukan hanya tindakan simbolik. Ini bagian dari penguatan nilai-nilai keluarga sakinah yang peduli terhadap generasi mendatang,” ujar Zudi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (22/4).
Ia menyebut langkah ini selaras dengan kebijakan Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam membumikan nilai-nilai ekoteologi dan penguatan keluarga. Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah, kata Zudi, menargetkan setidaknya 1,5 juta catin berpartisipasi dalam gerakan penanaman pohon.
“Kami berharap KUA-KUA lain bisa mengadopsi pendekatan serupa. Kolaborasi antara Bimwin dan gerakan lingkungan hidup adalah bentuk integrasi nilai-nilai agama dalam aksi nyata,” ujarnya.
Zudi juga menekankan bahwa gerakan ini perlu menjadi kebiasaan berkelanjutan, bukan sekadar acara simbolik. “Bayangkan jika jutaan pasangan muda di Indonesia menanam pohon sebagai bagian dari ikrar mereka. Indonesia bukan hanya akan dipenuhi keluarga bahagia, tetapi juga lingkungan yang lestari,” pungkasnya.
(Fn/Mr)